Páginas

Saturday, September 14, 2013


korupsi



Tak henti-hentinya polemik politik yang terjadi di negara kita yang tercinta ini. Setiap hari banyak kasus heboh yang terungkap, dan juga tingkah laku pemimpin negara ini yang sangat kocak. Ketertarikan untuk menulis di blog muncul kembali, karena tidak memiliki tempat/orang/sarana untuk meluapkan unek-unek atas kejadian di negeri ini.

Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah mengenai RUU keistimewaan DIY yang tiba-tiba dicuatkan oleh presiden kita. Entah apa yang terbersit dipikiran presiden kita untuk membahas ini, yang menurut saya tidak terlalu penting untuk dipermasalahkan. Memang boleh dikatakan bahwa penetapan Gubernur DIY selama ini tidak menganut asas demokrasi. Namun pernyataan Presiden kita bahwa Gubernur harus dipilih langsung langsung menyentak respon masyarakat Yogyakarta. Kalau dipikir-pikir, rakyat Jogya sudah nyaman dengan apa yang ada selama ini dan sudah menikmati. Namun akibat hal tersebut, terjadi keresahan masyarakat secara massal di Yogyakarta. Menurut saya apa yang dilakukan oleh SBY tidak penting dan seolah-olah kurang kerjaan. Mungkin hal ini dimaksudkan untuk tujuan politik, agar partai tertentu dapat menang pilkada disana dan untuk tujuan jangka panjang, menggalang pendukung untuk pilpres, 2014. Sampai hari ini, rencana ini terus bergejolak, dan terus dipaksakan, padahal rakyat Yogya jelas-jelas menolak. Demokrasi secara singkat diartikan, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dan rencana presiden ini telah menyalahi salah satunya, DARI RAKYAT. Salah seorang masyarakat Yogya ketika diwawancarai salah satu stasiun TV berkata, “ngapain Yogya diubah2, ga penting. Urusin aja itu freeport, chevron, dll”. Suatu pernyataan yang sangat jelas, dan tegas. Hal yang harus diperhatikan oleh seorang presiden adalah hal seperti di atas, bukan malah mengusik ketenangan masyarakat Yogya.

Setelah sekian lama akhirnya daerah yang gue tempatin selama 15 tahun melakukan pemilu untuk ketiga kalinya dihidup gue. pastinya disetiap ada pemilu ada juga spanduk kampanye dimana mana.  para calon mulai berkompetisi untuk menunjukan gigi mereka yang “putih bersih” tanpa korupsi. Dengan segala trik trik dan segala macam cara mereka mencoba menaikkan suara mereka entah itu white /black campaign. menurut gue yang masih belum bisa milih di ajang 5 tahunan itu sejujurnya pesimis apakah nanti jika ada salah satu dari mereka yang terpilih bisa membuat kemajuan yang signifikan. tapi apadaya kita hanya bisa mengira mana yang terbaik dan mendukungnya.2 tahun lagi gue bisa memilih salah satu dari mereka, antara ga sabar untuk memilih dan takut pastinya kalo yang kita pilih itu sebenarnya adalah suatu pemimpin yang tidak berkelas. Apakah mereka mampu mendidik dan membimbing rakyatnya menjadi lebih bersahaja dalam keseharian pastinya itu masih tanda tanya besar, mengingat bobroknya masa pemerintahan yang gue liat di tv atau di koran, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme masih aja merajalela walaupun katanya sih udah ganti nama ke nama “REFORMASI” yang berarti pembentukan ulang. Ternyata benar juga pembentukan ulang,ulang ke bobrok lagi.
Semoga saja nanti pemimpin pemimpin di masa mendatang bisa memberi bukti bukan hanya janji,bukan hanya spanduk tapi tindak tanduk yang baik dan mencerminkan pemimpin yang bisa memimpin rakyatnya. Kami anak muda pastinya mendukung beliau beliau yang diatas untuk bekerja lebih keras lagi untuk masyarakatnya.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Timur Pradopo membantah tudingan institusinya melindungi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi, Nunun Nurbaetie. 
“Kami ini profesional. Semua sudah melalui interpol. Itu bagian dari proses penyelidikan dan setiap ada informasi dari interpol, kami tidak lanjuti,”kata kepada wartawan usai menunaikan salat Jumat di Markas Besar Polri, Jakarta.

Sebelumnya Penasehat Indonesia Police Watch, Johnson Panjaitan, menilai Kepolisian tidak serius mengejar isteri bekas Wakil Kepala Polri, Adang Daradjatun itu. “Seharusnya dengan teknologi yang dimiliki kepolisian saat ini tidak sulit untuk mengejar Nunun. Memang polisi tak berniat menangkapnya,”ujarnya.
Johnson menuduh polisi sengaja tidak mengejar tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia itu. Selain itu, karena ada permainan antara kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), polisi juga ingin menjaga agar jaringan mafia di kepolisian tak terungkap. "Kalau sampai Nunun tertangkap dia itu saksi kunci yang akan membawa pada jaringan inti mafia di berbagai institusi,"katanya.
Terpidana kasus cek lawat Agus Condro juga menyebut ada pihak yang melindungi Nunun. “Dia merupakan pengusaha hitam yang sudah cukup lama dikenal di negeri ini,”katanya. Pengusaha hitam ini, menhurut Agus memiliki kepentingan dengan Bank Indonesia. “Caranya, dengan menempatkan orang pilihan ke dalam BI.” Itulah yang  menjadi cikal-bakal adanya cek lawat kepada anggota dewan. "Ya pejabat BI kan jadinya merasa berutang karena pada saat pemilihan disponsori," ujar Agus kepada wartawan.
Menurut Agus, BI adalah lembaga independen yang tidak bisa disetir pemerintah. Namun, berbeda ketika berhadapan dengan para pengusaha. "Kalau dengan para pengusaha urusannya lain. Banyak pengusaha hitam yang ingin mempengaruhi BI,"katanya.

Sebelumnya Ketua KPK Busyro Muqoddas juga mengatakan kesulitan mencari Nunun Nurbaetie lantaran ada pihak yang melindungi. Dari persidangan sejumlah politisi yang menjadi terdakwa dalam kasus ini, terungkap Nunun memiliki kedekatan dengan pihak pengusaha.

SOLO, 9/12 - PAMERAN KARIKATUR KORUPSI. Sejumlah warga memperhatikan karya karikatur bertema korupsi dalam pameran di Solo, Jateng, Minggu (9/12). Pameran yang menunjukkan karikatur berisi sindiran untuk para koruptor tersebut berlangsung dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi. FOTO ANTARA/Akbar Nugroho Gumay/ss/ama/12Ini sebagai Gambaran kekecewaan rakyat terhadap Pemimpin Yang peragu dan tidak tegas. maka Kini yang berkembang adalah budaya tebal muka seperti Budaya Korupsi, budaya tawuran, budaya demo, budaya arogan, budaya fitnah atau memutar balikkan fakta, budaya malas, dan banyak lagi semuanya dekat dengan pelanggaran hukum dan sangat memprihatikan . Bagai mana kelanjutan Bangsa ini

3. Sandiwara Politik dan Korupsi

hmm.... saya tidak bisa bicara banyak soal ini, tapi saya rasa politik justru sudah menjadi makanan sehari-hari dari masyarakat Indonesia. Setiap hari media akan memberitakan hal yang sama. 1 TV berbicara tentang Gayus, yang lain ngikut. Bosan meliput soal Gayus ke Century semua, yang Gayus ditinggalin. And so on and so on. Dan berakhir pada liputan selendang Nunun, selendang LV cuiii...

Intinya, panggung politik itu mulai jadi sinetron live yang disiarkan seluruh media pertelivisian di Indonesia. Sampai ada sinetron baru Menteri Yang Ditukar kan? hehehe Siapa yang bener siapa yang salah? Tidak ada yang tahu.

0 comments:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Post a Comment