Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah mengenai RUU keistimewaan DIY yang tiba-tiba dicuatkan oleh presiden kita. Entah apa yang terbersit dipikiran presiden kita untuk membahas ini, yang menurut saya tidak terlalu penting untuk dipermasalahkan. Memang boleh dikatakan bahwa penetapan Gubernur DIY selama ini tidak menganut asas demokrasi. Namun pernyataan Presiden kita bahwa Gubernur harus dipilih langsung langsung menyentak respon masyarakat Yogyakarta. Kalau dipikir-pikir, rakyat Jogya sudah nyaman dengan apa yang ada selama ini dan sudah menikmati. Namun akibat hal tersebut, terjadi keresahan masyarakat secara massal di Yogyakarta. Menurut saya apa yang dilakukan oleh SBY tidak penting dan seolah-olah kurang kerjaan. Mungkin hal ini dimaksudkan untuk tujuan politik, agar partai tertentu dapat menang pilkada disana dan untuk tujuan jangka panjang, menggalang pendukung untuk pilpres, 2014. Sampai hari ini, rencana ini terus bergejolak, dan terus dipaksakan, padahal rakyat Yogya jelas-jelas menolak. Demokrasi secara singkat diartikan, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dan rencana presiden ini telah menyalahi salah satunya, DARI RAKYAT. Salah seorang masyarakat Yogya ketika diwawancarai salah satu stasiun TV berkata, “ngapain Yogya diubah2, ga penting. Urusin aja itu freeport, chevron, dll”. Suatu pernyataan yang sangat jelas, dan tegas. Hal yang harus diperhatikan oleh seorang presiden adalah hal seperti di atas, bukan malah mengusik ketenangan masyarakat Yogya.
Semoga saja nanti pemimpin pemimpin di masa mendatang bisa memberi bukti bukan hanya janji,bukan hanya spanduk tapi tindak tanduk yang baik dan mencerminkan pemimpin yang bisa memimpin rakyatnya. Kami anak muda pastinya mendukung beliau beliau yang diatas untuk bekerja lebih keras lagi untuk masyarakatnya.
Kepala Kepolisian Republik
Indonesia, Jenderal Timur Pradopo membantah tudingan institusinya melindungi
buronan Komisi Pemberantasan Korupsi, Nunun Nurbaetie.
“Kami ini profesional. Semua sudah
melalui interpol. Itu bagian dari proses penyelidikan dan setiap ada informasi
dari interpol, kami tidak lanjuti,”kata kepada wartawan usai menunaikan salat
Jumat di Markas Besar Polri, Jakarta.
Sebelumnya Penasehat Indonesia Police
Watch, Johnson Panjaitan, menilai Kepolisian tidak serius mengejar isteri bekas
Wakil Kepala Polri, Adang Daradjatun itu. “Seharusnya dengan teknologi yang
dimiliki kepolisian saat ini tidak sulit untuk mengejar Nunun. Memang polisi
tak berniat menangkapnya,”ujarnya.
Johnson menuduh polisi sengaja tidak
mengejar tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Bank
Indonesia itu. Selain itu, karena ada permainan antara kepolisian dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), polisi juga ingin menjaga agar jaringan mafia di
kepolisian tak terungkap. "Kalau sampai Nunun tertangkap dia itu saksi
kunci yang akan membawa pada jaringan inti mafia di berbagai
institusi,"katanya.
Terpidana kasus cek lawat Agus
Condro juga menyebut ada pihak yang melindungi Nunun. “Dia merupakan pengusaha
hitam yang sudah cukup lama dikenal di negeri ini,”katanya. Pengusaha hitam
ini, menhurut Agus memiliki kepentingan dengan Bank Indonesia. “Caranya, dengan
menempatkan orang pilihan ke dalam BI.” Itulah yang menjadi cikal-bakal
adanya cek lawat kepada anggota dewan. "Ya pejabat BI kan jadinya merasa
berutang karena pada saat pemilihan disponsori," ujar Agus kepada
wartawan.
Menurut Agus, BI adalah lembaga
independen yang tidak bisa disetir pemerintah. Namun, berbeda ketika berhadapan
dengan para pengusaha. "Kalau dengan para pengusaha urusannya lain. Banyak
pengusaha hitam yang ingin mempengaruhi BI,"katanya.
Sebelumnya Ketua KPK Busyro Muqoddas
juga mengatakan kesulitan mencari Nunun Nurbaetie lantaran ada pihak yang melindungi.
Dari persidangan sejumlah politisi yang menjadi terdakwa dalam kasus ini,
terungkap Nunun memiliki kedekatan dengan pihak pengusaha.
SOLO, 9/12 - PAMERAN KARIKATUR KORUPSI. Sejumlah warga
memperhatikan karya karikatur bertema korupsi dalam pameran di Solo, Jateng,
Minggu (9/12). Pameran yang menunjukkan karikatur berisi sindiran untuk para
koruptor tersebut berlangsung dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi. FOTO
ANTARA/Akbar Nugroho Gumay/ss/ama/12Ini sebagai Gambaran kekecewaan rakyat terhadap Pemimpin
Yang peragu dan tidak tegas. maka Kini yang berkembang adalah budaya tebal muka
seperti Budaya Korupsi, budaya tawuran, budaya demo, budaya arogan, budaya
fitnah atau memutar balikkan fakta, budaya malas, dan banyak lagi semuanya
dekat dengan pelanggaran hukum dan sangat memprihatikan . Bagai mana kelanjutan
Bangsa ini
3. Sandiwara Politik dan Korupsi
hmm.... saya tidak bisa bicara banyak soal ini, tapi saya rasa politik justru sudah menjadi makanan sehari-hari dari masyarakat Indonesia. Setiap hari media akan memberitakan hal yang sama. 1 TV berbicara tentang Gayus, yang lain ngikut. Bosan meliput soal Gayus ke Century semua, yang Gayus ditinggalin. And so on and so on. Dan berakhir pada liputan selendang Nunun, selendang LV cuiii...
Intinya, panggung politik itu mulai jadi sinetron live yang disiarkan seluruh media pertelivisian di Indonesia. Sampai ada sinetron baru Menteri Yang Ditukar kan? hehehe Siapa yang bener siapa yang salah? Tidak ada yang tahu.
hmm.... saya tidak bisa bicara banyak soal ini, tapi saya rasa politik justru sudah menjadi makanan sehari-hari dari masyarakat Indonesia. Setiap hari media akan memberitakan hal yang sama. 1 TV berbicara tentang Gayus, yang lain ngikut. Bosan meliput soal Gayus ke Century semua, yang Gayus ditinggalin. And so on and so on. Dan berakhir pada liputan selendang Nunun, selendang LV cuiii...
Intinya, panggung politik itu mulai jadi sinetron live yang disiarkan seluruh media pertelivisian di Indonesia. Sampai ada sinetron baru Menteri Yang Ditukar kan? hehehe Siapa yang bener siapa yang salah? Tidak ada yang tahu.
0 comments:
Post a Comment